Pages

Rabu, 27 Juli 2011

Laporan Kuliah Lapangan Cipatujah,BHOCRIP..ALGA


PEMAPARAN MATERI ALGAE

A.    DESKRIPSI MENGENAI ALGA
Alga (jamak Algae) adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki "organ" seperti yang dimiliki tumbuhan (akar, batang, daun, dan sebagainya). Karena itu, alga pernah digolongkan pula sebagai tumbuhan bertalus.
Istilah ganggang pernah dipakai bagi alga, namun sekarang tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan kekacauan arti dengan sejumlah tumbuhan yang hidup di air lainnya, seperti Hydrilla. Dalam taksonomi yang banyak didukung para pakar biologi, alga tidak lagi dimasukkan dalam satu kelompok divisi atau kelas tersendiri, namun dipisah-pisahkan sesuai dengan fakta-fakta yang bermunculan saat ini. Dengan demikian alga bukanlah satu kelompok takson tersendiri.
Secara ringkas ciri – cirri algae, antara lain :
1.      Organism yang mengandung klorofil dengan tubuh seperti thallus.
2.      Organ sex satu sel, jika multiseluler maka tiap sel fertile ( subur ) dan tidak ada selubung sel steril.
3.      Tidak ada pembentukan embrio setelah peleburan gamet.
4.      Semua generasi yang terdapat dalam siklus hidupnya adalah bebas, tidak ada alga yang sporofitnya parasit pada tumbuhan gametofitnya.
5.      Hamper semua algae adalah aquatic.
6.      Dibawah tekanan kondisi yang buruk gametofit memperbanyak diri melalui spora aseksual yang disebut mitospora
1. Kelompok-kelompok alga             
Dalam pustaka-pustaka lama, alga selalu gagal diusahakan masuk dalam satu kelompok, baik yang bersel satu maupun yang bersel banyak. Salah satu contohnya adalah pemisahan alga bersel satu (misalnya Euglena ke dalam Protozoa) dari alga bersel banyak (ke dalam Thallophyta). Belakangan disadari sepenuhnya bahwa pengelompokan sebagai satu klad tidak memungkinkan bagi semua alga, bahkan setelah dipisahkan berdasarkan organisasi selnya, karena sebagian alga bersel satu lebih dekat berkerabat dengan alga bersel banyak tertentu.
Saat ini, alga hijau dimasukkan ke dalam kelompok (klad) yang lebih berdekatan dengan semua tumbuhan fotosintetik (membentuk klad Viridiplantae). Alga merah merupakan kelompok tersendiri (Rhodophycophyta atau Rhodophyceae); demikian juga alga pirang (Phaeophycophyta atau Phaeophyceae) dan alga keemasan (Chrysophyceae).
1. 1. Alga prokariotik
Alga biru-hijau kini dimasukkan sebagai bakteri sehingga dinamakan Cyanobacteria ("bakteri biru-hijau", dulu disebut Cyanophyceae, "alga biru-hijau") Dengan demikian, sebutan "alga" menjadi tidak valid. Cyanobacteria memiliki struktur sel prokariotik seperti halnya bakteri, namun mampu melakukan fotosintesis langsung karena memiliki klorofil. Sebelumnya, alga ini bersama bakteri masuk ke dalam kerajaan Monera. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya diketahui bahwa ia lebih banyak memiliki karakteristik bakteri sehingga dimasukkan ke dalam kelompok bakteri benar (Eubacteria). Sebagai tambahan, beberapa kelompok organisme yang sebelumnya dimasukkan sebagai bakteri, sekarang malah dipisahkan menjadi kerajaan tersendiri, Archaea.
1. 2. Alga eukariotik



Diagram yang menggambarkan teori mengenai evolusi alga (dan tumbuhan) masa kini yang banyak didukung. Jenis-jenis alga lainnya memiliki struktur sel eukariotik dan mampu berfotosintesis, entah dengan klorofil maupun dengan
pigmen-pigmen lain yang membantu dalam asimilasi energi. Dalam taksonomi paling modern, alga-alga eukariotik meliputi filum/divisio berikut ini. Perlu disadari bahwa pengelompokan semua alga eukariotik sebagai Protista dianggap tidak valid lagi karena sebagian alga (misalnya alga hijau dan alga merah) lebih dekat kekerabatannya dengan tumbuhan daripada eukariota bersel satu lainnya.

1.    Alga hijau    ( CHLOROPHYTA )      

Alga hijau adalah kelompok alga berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Dalam taksonomi, semula semua alga yang tampak berwarna hijau dimasukkan sebagai salah satu kelas dalam filum/divisio Thallophyta, yaitu Chlorophyceae. Pengelompokan ini sekarang dianggap tidak valid karena ia tidak monofiletik, setelah diketahui bahwa tumbuhan merupakan perkembangan lanjutan dari anggota masa lalunya. Sebagai konsekuensi, alga hijau sekarang terdiri dari dua filum: Chlorophyta dan Charophyta, yang masing-masing monofiletik.
Anggota alga hijau ada yang bersel tunggal dan ada pula yang bersel banyak, berwujud berkas, lembaran, atau membentuk koloni. Spesies alga hijau yang bersel tunggal ada yang dapat berpindah tempat, tetapi ada pula yang menetap.
Sel-sel alga hijau bersifat eukariotik (materi inti dibungkus oleh membran inti). Pigmen klorofil terdapat dalam jumlah terbanyak sehingga alga ini berwarna hijau, pigmen lain yang dimiliki adalah karotena dan xantofil. Komposisi ini juga dimiliki oleh sel-sel tumbuhan modern.
Klorofil dalam pigmen lain terdapat dalam kloroplas yang bentuknya bermacam-macam antara lain mangkuk, gelang, pita spiral, jala dan bintang. Di dalam kloroplas terdapat butiran padat yang disebut pirenoid yang berfungsi untuk pembentukan tepung.
Alga hijau merupakan golongan terbesar di antara alga dan kebanyakan hidup di air tawar. Sebagian lagi hidup di darat, di tempat yang lembab, di atas batang pohon, dan di laut. Beberapa genus dari alga hijau mempunyai alat gerak berupa flagel dan bintik mata (stigma) Divisi Chlorophyta terdiri dari sejumlah besar species algae, Prescott dalam vasishta ( 2000 ) memasukan sekitar 20.000 species dalam divisi ini. Chlophyta terdiri dari 1 classis tunggal Chlorophyceae. Sel berupa thalus eukariotik, berwarna hijau kerna terdapat pigmen hijau kholofil yang terdapat dalam plastid yang disebut kloroplas. Dalam kloroplas ini tertanam pirenoid yang mempunyai hubungan erat dengan pembentukan tepung, sitoplasma mengandung vakuola, beberapa mempunyai vakuola kontraktil. Sel motil dari bentuk yang primitip memiliki stigma / bintik mata.
Penyebaran
Sebagian besar anggota Chlorophyta hidup aquatic, beberapa subaerial. Bentuk subaerial umumnya ditemukan pada lingkup lembab, biasanya terdapat sebagai flora tanah dan juga terdapat pada batu basah, cadas dan kayu basah. Beberapa jenis ada yang epifit pada algae yang lebih besar. Bentuk aquatic sebagai besar ( sekitar 90% ) hidup diair tawar melekat sebagai bentos ataupun planktonik.
Struktur Thallus
Mempunyai dinding sel yang merupakan materi non hidup dari sel. Dinding mengelilingi sejumlah kecil massa protoplasma. Dinding sel terdiri dari 2 lapis bagian dalam dengan penyusun utama selulosa, kecuali pada ordo Siphonales penyusunnya adalah kalosa dan pectin bukan selulosa. Dinding luar dibentuk oleh pektosa, pada Spirogyra dinding luar dari pektosa diganti dengan pectin. Kandungan dari senyawa besi terdapat pada dinding sel beberapa desmid.
Pigmen
Dalam kloroplas terdapat 1 tau lebih plastid yang bmengandung pigmen. Pigmen yang terdapat pada Chlophyta dan Charophyta disebut kloroplas, pada divisi algae yang lain selain Euglenophyta disebut kromatophora. Pastida yang mengandung baik klorofil a maupun klorofil b disebut kloroplas. Sedang plastid yang hanya mengandung klorofil a saja dengan karetenoid dikenal sebagai kromathopora. Kloroplas terdiri dari 4 pigmen yaitu 2 pigmen hijau dan 2 pigmen kuning ( pigmen hijau klorofil a dan b ; pigmen kuningnya karitin dan santofil ).
Reproduksi
Pada laga hijau dapat dilakukan baik secara vegetative, aseksual maupun seksual.
1.      Reproduksi vegetative, perbanyakan species dengan hanya menggunakan sel vegetative, diantaranya dengan pembelahan sel, fragmentasi dan pembentukan akinet.
2.      Reproduksi aseksual, merupsksn perbanyakan species dengan pembentukan struktur sel reproduksi yang sangat terspesialisasi yang disebut spora aseksual. Reproduksi dengan menggunakan spora aseksual merupakan cara yang sangat umum untuk perbanyakan species pada kondisi normal, prosesnya disebut sporulasi.
3.      Reproduksi aseksual, merupakan penyatuan dari 2 sel reproduksi khusus yang disebut gamer. Gamet jika sendirian tidak dapat berkembang normal menjadi individu baru, tapi harus melalui proses seksual yang menyebabkan penggabungan gamet. Penggabungan ini dimulai dengan penyatuansitoplasma yang disebut plasmogami.

Beberapa contoh alga hijau

CHLOROPHYTA

*      2 Kelas
*      Chlorophyceae & Charophyceae
*      Klorofil a Dan b
*      Sama Dengan Tumbuhan Tinggi
*      Pigmen Dalam Kloroplas
*      Bahan Simpanan – Kanji
*      Dinding Sel – Selulosa
*      Flagellum
*      Selalunya 2 Atau 4, Sama Panjang, Akronematik
*      Habitat
*      Hidup Bebas (Fitoplankton)
*      Melekap (Cladophora)
*      Parasit (Cephaleuros)
*      Liken (Trebouxia & Chlorella)
*      Struktur Vegetatif
*      Unisel, Koloni, Filamen, Sifon, Filamen Heterotrichous
*      Pembiakan Aseksual
*      Zoospora (Planospora), Aplanospora
*      Pembiakan Seksual
*      Isogami, Anisogami, Oogami
*      Anterozoid (Anteridium), Ovum (Oogonium)

GENUS PILIHAN

Chlamydomonas

*      400 Spesies
*      Unisel Dengan Dua Flagellum
*      Pembiakan Aseksual – Zoospora
*      Pembiakan Seksual
*      Isogami, Anisogami, Oogami
*      Monoesius, Dioesius

Volvox

*      20 Spesies
*      Soenobium
*      Bilangan Sel – 500 Hingga 60,000
*      Pembiakan Aseksual – Gonidium
*      Pembiakan Seksual
*      Oogami (Anteridium & Oogonium)

Spirogyra

*      Terapung Atau Terendam Dalam Air
*      Berlendir
*      300 Spesies
*      Morfologi
*      Filamen Tidak Bercabang
*      Uniseriat
*      Kloroplas – Reben Spiral
*      Pembiakan Aseksual –Fragmentasi
*      Pembiakan Seksual
*      Anisogami
*      Lateral Konjugasi – Monoesius
*      Skalariforma – Dioesius
         Filamen + Dan –
         Sebelah Menyebelahi
         Tiub Konjugasi

Ulothrix

*      Sungai, Tasik, Empangan
*      30 Spesies
*      Morfologi
*      Filamen Tidak Bercabang
*      Uniseriat
*      Sel Pendek, Silinder, Empat Segi
*      Pelekap
*      Kloroplas Bentuk U Atau Gelang
*      Pembiakan Aseksual
*      Fragmentasi
*      Zoospora Dalam Pundi (8-16)
       Makrozoospora (4 Flagelum)
       Mikrozoospora (2 Flagelum)
*      Aplanospora
*      Akinet
*      Pembiakan Seksual
*      Gamet
         Serupa Seperti Mikrozoospora
*      Biflagelum
*      Isogami

Oedogonium

*      Alga Air Tawar
*      Epifit
*      300 Spesies
*      Morfologi
*      Filamen Tidak Bercabang
*      Sel Silinder
*      Pelekap
*      Kloroplas Retikulat
*      Ciri Diagnostik – Sel Penutup
*      Pembiakan Aseksual
*      Fragmentasi
*      Zoospora Multiflagelat (Stephanokon)
*      Akinet
*      Aplanospora
*      Pembiakan Seksual
*      Makrandrous
*      Monoesius Atau Dioesius
*      Filamen Jantan & Betina Sama Saiz
*      Nanandrous
*      Filamen Bantut
*      Androsporangium Hasil Androspora
*      Androspora Hasil Nanandrium
*      Di Hujung Nanandrium Ada Anteridium
*      Hasilkan 1 Atau 2 Anterozoid

Chara

*      Alga Makroskopik
*      Nodus (Buku) Dengan Internodus (Ruas)
*      Setiap Nodus Mempunyai Selilitan Cabang
*      Pembiakan Aseksual
*      Bintang Amilum
*      Segumpulan Sel
*      Protonema
*      Unjuran Dari Nodus
*      Pembiakan Seksual


2.    CYANOPHYTA ( ALGA Hijau – Biru )
Yang termasuk divisi ini adalah alga hijau – biru yanhg dikenal sebagai organism prokaryotic penghasil oksigen. Alga ini merupakan kelompok primitive yang kecil, mencangkup sekitar 2.500 species dalam 150 genus, semua dimasukan dalam satu kelas yaitu Cyanophyceae. Anggota – anggota Class ini merupakan jenis – jenis alga yang palinmg sederhana, semua bersifat mikroskopik, dan dianggap sebagai organism perintis.
Cirri – cirri Cyanophyta, yaitu :
1.      Del alga ini selain mengandung klorofil, yaitu a juga memiliki pigmen yang khas dari klas ini yaitu FIKOBILIN yang terdiri dari C-fikosianin ( biru ) dan C-fikoeritrin ( merah ). Disamping pigmen – pigmen diatas masih ada pigmen lain yaitu XANTOFIL yang dikenal sebagai myxoxantin dan myxocantofil.
2.      Tubuh alga ini berupa thallus prokariotik, yang terdiri satu sel koloni atau berbenmtuk filament.
3.      Pada alga ini tidak terjadi reproduksi aseksual, walau penelitian terakhir menunjukan terjadinya rekombinansi genetic pada beberapa species.
4.      Pada alga ini juga tidak ditemukan flagel, walau pada sel reproduksi sekalipun ( spora ), sehingga gerakan yang terjadi pada alga ini disebabkan gerakan meluncur atau tersentak.
5.      Cadangan makanan dari alga ini adalah tepung myxophycean dan materi mengandung protein yaitu cyanophycin.
Penyebaran
Alga hijau – biru tersebar luas dalam lingkungan perairan. Beberapa species ada yang hidup didarat, bentuk aquatiq lebih banyak terdapat di air tawar hanya sedikit terdapat di air laut. Salah satu contoh yang terkenal hidup diair laut yaitu Trichodesmium erytheruem. Bentuk plantonik merupakan yang khas dalam habitat ini. Pada waktu – waktu tertentu didaerah tropic biasanya pada musim panas terjadi peningkatan kepadatan populasi alga secara mendadak. Percepatan kepadatan populasi plankton alga hijau – biru dan mikroorganisme lain pada danau, kolam dan sumber air tawar lainnya ini disebut ‘ Water bloom ‘.
Thallus
·         Alga hijau – biru merupakan tumbuhan fotosintetik paling sederhana diantara tumbuhan yang hidup sekarang
·         Bentuk uniseluler, thallus yang beruipa species uniselluler biasanya berbentuk spherik atau oval ( contoh : Chroococus, Gleocapsa, Synechococcus, dan Anacystic )
·         Bentuk koloni, pada sebagian besar alga hijau – biru, sel serelah membelah tetap melekat dengan dindingnya atau terikat padamateri pelatin untuk membentuk organiusasi yang loinggar yang disebut koloni. Bentuk koloni dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a.       Koloni non filament, bentuk bermacam – macam dapat berupa kubus sperik atau tidak beraturan tergantung pada dasar tumbuhnya dan pola pembelahannya.
b.      Koloni filament, merupakan hasil pengulangan pembelahan sel pada satu sisi yang langsung membentuk rantai tunggal yang disebut trikom.

Pigmen Sel
Terdiri dari klorofil a dan sejumlah pigmen lain seperti fikobilin ( terdiri dari C-fikosianin dan C-fikoeritrin dua pigmen khas pada Cyanophyta tidak ditemukan pada kelompok alga lain ), B-karotin dan Santifil. Jenis pigmen yang dimiliki oleh Cyanophyta paling banyak dibandingkan dengan organism fotosintetik lainnya, karena itu juga Cyanophyta merupakan nkelompok organism fotosintetiki yang paling efisien dalam melakukan fotosintetik.
Difrensiasi Sel
Alga hijau – biru, pada umumnya menunjukan berbagai diferensiasi sel yang masih sederhana. Trikom dari beberapa genus bentuk filament menunjukan difrensiasi dari sel vegetative menjadi heterokista maupun akinet yang mempunyai struktur dan sifat biokimia khusus. Heterokista berbeda dari sel vegetative dan berada diantara panjang dari trikom sebagai spasi antara yang khas.keberadaan heterokista merupakan gambaran yang khas pada Cyanophyceae, sel lebih besar dan terlihat jernih dibandingkan sel yang lain dalam trikom.
Fungsi Heterokista :
1.      Struktur reproduksi tambahan.
2.      Tempat penyimpanan cadangan makanan atau substansi enzim.
3.      Menghasilkan substansi yang merangsang pertumbuhan dan pembelahan sel vegetative.
4.      Mengendalikan pembentukan spora.
5.      Tempat fiksasi Nitrogen.
6.      Titik dari pecah / lepasnya filament.
Pembentukan Spora
a.       Akinet , merupak sel khusus yang umum ditemukan pada beberapa jenis algae yang memiliki heterokista, ukurannya lebih besar dibanndingkan sel vegetative. Seperti halnya sel spora mengandung protoplasma dan ditutupi oleh dinding sel asal dari induknya dan lapisan antara yang melingkupinya. Akinet merupakan sel istirahat dan merupakan modifikasi yang maju satu sel istirahat.sebagai contoh akinet dari nostoc dan Cylindrospermium tahan panas pada temperature yang lebih tinggi dari pada sel vegetative.
b.      Endospora, merupakan spora kecil yang dibentuk secara endogen pada sel vegetative yang uniseluler atau bentuk bantalan pada Chamaesiphonales yang tidak membentuk hormogonia. Saat pembentukan endospora sel vegetative ukurannya bertambah, protoplasma terpisah secara dua – dua berturut – turut. Sejumlah besar protoplas anakan satu inti dibentuk, tiap protoplas anakan mensekresi dinding yang mengelilinginya sehingga terbentuk endospora.
c.       Pada Chamaesiphon dinding sel pecah pada ujung distal dari sel vegetative. Spora sedikit demi sedikit keluar pada ujung yang membuka dari protoplasma yang menonjol keluar. Spora demikian disebut eksospora. Tiap eksospora dekelilingi oleh membrane tipis.
d.      Nannokista, pada beberapa Cyanophyta yang tidak berbentuk filament seperti pada Mycrocystis kandungan sel terbagi secara cepat tanpa membesarnya sel. Membelah berturut – turut diikuti tertutupnya / terpisahnya satu dengan yang lain. Sejumlah sel anakan dihasilkan pada tiap sel induk. Nannokista merupakan protoplas biasa. Berbeda dengan sel vegetative terutama ukurannya yang sangat kecil. Nannokista masak itu kemudian menjadi koloni baru.
Perkembangan secara vegetative ; dengan pembelahan sel, fregmentasi dan pembentukan hormogonia. Reproduksi seksual ; perkembangbiakan secara seksual belum pernah ditemukan. Namun fenomena para seksual yaitu genetic rekombinan telah ditemukan pada beberapa alga hijau – biru seperti yang telah diselidiki pada Anacystic, Anabaena nidulans, Cylindrospermum majus.

CYANOPHYTA

*      Sangat Kuno
*      3 Bilion Tahun Dahulu
*      150 Genus Dan 1400 Spesies
*      Pelbagai Saliniti Dan Suhu
*      Atas Atau Dalam Tanah & Atmosfera
*      Sawah Padi
*      Microcystis, Anabaena, Oscillatoria
*      Air Panas (85 C)
*      Mastigocladus & Phormidium
*      Antartik (Phormidium)
*      Endofit
*      Anabaena Dalam Azolla
*      Liken
*      Gloeocapsa, Nostoc (Fikobion)
*      Perintis Tanah Gersang
*      Tambah Bahan Organic Pada Tanah Dan Haling Hakisan
*      Kembangan Alga
*      Suhu Tinggi, Cahaya Tinggi
*      Kawasan Tercemar (Bahan Organic)
*      Ombak Merah
*      Trichodesmium
STRUKTUR TALUS
*      Seperti Bacteria
*      Prokariot
PEMBIAKAN
*      Belahan Binary
*      Fragmentasi
*      Hormogonium
*      Untuk Filamen Berselaput Nipis
*      Filamen Yang Tebal Hasil Pseudocabang
*      Heterosista
*      Akinet
*      Endospora
*      Eksospora
PERGERAKAN
*      Tiada Sel Berflagelum
*      Hanya Gelongsor
PERSAMAAN DENGAN BAKTERIA
*      Organisma Printing
*      Hidup Di Tempat Kering
*      Prokariot
*      Struktur Sel Yang Ringkas Dan Bersaiz Kecil
*      Dinding Peptidoglikan
*      Ikat Nitrogen
*      Tiada Pembiakan Seksual
*      Fotosintesis
PERBEZAAN DARI BAKTERIA
*      Tiada Flagellum
*      Talus Lebih Kompleks (Bercabang)
*      Kehadiran Plasmodesmata
*      Klorofil A
*      Makanan Simpanan
*      Kewujudan Fikobilisom
*      Pigmen – Fikosianin & Fikoeritrin
FEATUR DIAGNOSTIK
*      Pigmen
*      Klorofil A, Karotenoid
*      Fikobiliprotein (Fikosianin & Fikoeritrin)
*      Dalam Fikobilisom Di Tilakoid
*      Tilakoid Bertaburan
*      Dinding
*      Mukopolimerik / Peptidoglikan
*      Asid Diaminopimelik, Asid Muramik, Glukosamin, Asid Amino
*      Sama Dengan Bacteria Gram Negatif
*      Makanan Simpanan - Kanji Sianofisian
*      Flagellum – Tiada
*      Pembiakan Seksual - Tiada

MORFOLOGI
*      Unisel (Microcystis)
*      Koloni
*      Mempunyai Lendir
*      Merismopedia
*      Filamen
*      Heterosista Dan Akinet
*      Uniseriat Vs Multiseriat (Stigonema)
*      Tidak Bercabang
*      Pseudocabang (Tolypothrix) & Cabang Asli (Hapalosiphon)

Ganggang coklat adalah salah satu algae yang tersusun atas zat warna atau pigmentasinya. Phaeophyta (ganggang coklat) ini berwarna coklat karena mengandung pigmen xantofis. Bentuk tubuhnya seperti tumbuhan tinggi. Ganggang coklat ini mempunyai talus (tidak ada bagian akar, batang dan daun), terbesar diantara semua ganggang ukuran tulusnya mulai dari mikroskopik sampai makroskopik. Ganggang ini juga mempunyai jaringan transportasi air dan makanan yang anolog dengan transportasi pada tumbuhan darat, kebanyakan bersifat autotrof.
Tubuhnya selalu berupa talus yang multiseluler yang berbentuk filamen, lembaran atau menyerupai semak/pohon yang dapat mencapai beberapa puluh meter, terutama jenis-jenis yang hidup didaerah beriklim dingin. Sel vegetatif mengandung kloroplas berbentuk bulat panjang, seperti pita, mengandung klofil serta xantofil.
Set vegetatif mengandung khloroplast berbentuk bulat, bulat panjang, seperti pita; mengandung khlorofil a dan khlorofil c serta beberapa santofil misalnya fukosantin. Cadangan makanan berupa laminarin dan manitol. Dinding sel mengandung selulose dan asam alginat.
Sel-sel ganggang hijau mempunyai khloroplas yang berwarna hijau, dan mengandung khlorofil a dan b serta karetinoid. Pada chloroplas terdapat perenoid. Hasil asimilasi berupa tepung dan lemak, terdiri dari sel-sel yang merupakan koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang, hidupnya ada yang diair tawar, air laut dan juga pada tanah yang lembab atau yang basah
Setiap organisme tersusun dari salah satu diantara dua jenis sel yang secara struktural berbeda, sel prokariotik dan sel eukariotik. Hanya bakteri dan arkhea; alga hijau biru yang memiliki sel prokariotik. Sedangkan protista, tumbuhan, jamur dan hewan semuanya mempunyai sel eukariotik
Ø  Habitat
Alga/ganggang coklat ini umumnya tinggal di laut yang agak dingin dan sedang, terdampar dipantai, melekat pada batu-batuan dengan alat pelekat (semacam akar). Bila di laut yang iklimnya sedang dan dingin, talusnya dapat mencapai ukuran besar dan sangat berbeda bentuknya. Ada yang hidup sebagai epifit pada talus lain. Tapi ada juga yang hidup sebagai endofit.
Ø  Pigmen
Pigmen yang terdapat pada ganggang coklat (Chrysophyta) adalah klorofil a, klorofil b, karoten dan xantofil. (Fukoxantin) yang terdiri dari violaxantin, flavoxantin, a dan neofukoxontin b, xantofil memberikan kesan warna coklat pada chrysophyta. Berdasarkan tipe pergantian keturunan, phaeophyto di bagi dalam 3 golongan, yaitu:
a) Golongan Isogeneratae
Golongan isogeneratae yaitu golongan tumbuhan yang memiliki pergiliran keturuan isomorf. Sporofit dan gametofit mempunyai bentuk dan ukuran yang sama secara morfologi tetapi sitologinya berbeda.
Contoh: Ectocarpus
b) Golongan Heterogenerate
Golongan heterogenerate yaitu golongan tumbuhan yang memiliki pergiliran keturunan yang heteromorf. Sporofit dan gametofitnya berbeda secara morfologi maupun sitologinya.
Contoh: Laminaria
c) Golongan Cyelosporae
Golongan cyelosporae yaitu golongan tumbuhan yang tidak memiliki pergiliran keturunan.
Contoh: Fucus
Alga coklat (Phaeophyta) hanya mempunyai satu kelas saja yaitu klas phaeophyceae. Thallus dari jenis golongan phaeophyceae bersel banyak (multiseluler), umumnya mikroskopik dan mempunyai bentuk tertentu. Sel mengandung promakropora yang berwarna coklat kekuning-kuningan karena adanya kandungan fukoxontin yang melimpah. Cadangan makanan berupa laminarin yang beta glukan yang mengandung manitol. Dinding sel sebagian besar tersusun oleh tiga macam polimer yaitu selulosa asam alginat, fukan dan fuoidin.
Ø  Perkembangbiakan dilakukan secara aseksual dan seksual.
a) Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan oleh zoospora atau aplanospora yang tidak berdinding.
Zoospora mempunyai dua, buah flagella yang tidak sama panjang, terletak dibagian lateral. Spora dibentuk dalam sporangium yang uniseluler, dinamanakan sporangia unilokuler. Atau spora yang dibentuk dalam sporangia yang multiseluler yang disebut sporangium prulilekuler.
b) Perkembanganbiakan seksual dilakukan secara isogamet, anisogamet.
Pembuahan pada alga coklat Sebelum terjadi pembuahan, layak anthernazoid mengelilingi sel telur pada ganggang ini terbentuk 8 sel telur. Biasanya hanya satu antherozoid yang masuk ke sel telur. Dalam waktu satu jam kedua intinya melebur dan terjadinya inti diploid. Zigot segera membentuk dinding yang berlendir dan dapat melekat pada substrat. Zigt membentuk tonjolan yang akan seperti cahaya. Suhu pH dan adanya zat pengatur di dalam sel telur merupaan faktor perangsang bagi terjadinya polaritas. Karena adanya cadangan makanan yang cukup di dalam sel telur. Maka mula-mula pertumbuhan embrionya cepat, tetapi kemudian pertumbuhan menjadi lambat karena tergantung dari fotosintesis. Tubuh yang terbentuk bersifat diploid dan pembelahan reduksi terjadi pada waktu gametogenesis. Jadi daur hidupnya bersifat diplontik.
Dalam daur hidupnya semua phacophyceae keculai bangsa fucales menunjukkan adanya pergantian keturunan antara gametofit dan sporofit, yang masing-masing hidup sebagai individu yang bebas pergantian keturunan tersebut bersifat isomorfik atau heteromorfik. Sebagian besar dari phaeophyceae pertumbuhannya bersifat trikhothallik. Pertumbuhan trikhothallik adalah cara pertumbuhan yang dilakukan oleh sel-sel yang letaknya di bagian basal dari filamea yang terdapat pada ujung thallas. Sel-sel tersebut aktif membelah.
Sebagian besar phaeophyceae hidup di laut dan banyak ditemukan di daerah yang beriklim dingin. Sebagian besar hidup melekat pada substrat karang dan lainnya dan beberapa diantaranya hidup sebagai epifit.
Ordo Ectocarpales
Ectocarpales mempunyai pergantian keturunan yang isomorf yaitu tumbuhan sporofit sama dengan tumbuhan gametofit, talusnya berbentuk cabang-cabang bebas atau saling berhubungan satu sama lainnya. Hingga membentuk jaringan pseudoparenkimatik. Alat perkembangbiakan letaknya bebas satu sama lain. Sporofit menghasilkan zoospora dan spora netral. Sedang gametofit menghasilkan gamet.
1.      Suku Ectocarpaceae
Marga Ectocarpus
Thallus dari ganggang ini merupakan filamen yang uniseriate, bercabang banyak. Sel berinti tunggal dan plastida yang membentuk pita atau piring. Perkembangbiakan dilakukan oleh zooid yang berflagella 2 buah dan di bentuk di dalam alat reproduksi yang unilokuler atau plusilokuler. Alat reproduksinya biasanya terdapat pada ujung-ujung cabang lateral.
Gametofit bersifat homothallik atau heterothallik. Gambet dibentuk dalam gametangium yang plulilokuler yang perkembangannya identik dengan perkembangan sporangium yang prusilokuler. Sel-sel yang terbentuk mengalami metamorfose menjadi gamet yang berflagella 2 buah. Tipe persatuan gamet adalah isogamik atau anisogamik.
Bangsa Dietyotales
Sebagian besar dari bangsa ini terdapat di lautan daerah tropic. Pada ganggang ini spora tidak mempunyai bulu cambuk. Sporangium beruang satu dan mengeluarkan 4 tetraspora. Pembiakan seksual dengan oogami. Anteredium yang berkotak-kotak dan oogonium tidak pada tumbuhan yang berlainan dan tersusun secara berkelompok. Tiap oogonium merupakan satu sel telur. Gamet jantan mempunyai satu bulu cambuk yang terdapat pada sisinya. Sporofit dan gametofit bergiliran dengan beraturan dan keduanya mempunyai talus berbentuk pita yang bercabang-cabang menggarpu. Misal Dictyota dichotoma yang terbesar di lautan Eropa. Skema pergiliran keturunan Dictyota dichotoma:
Marga Dictyota
Thallus tegak dan berbentuk pita yang bercabang-cabang, melekat pada suatu substrat dengan perantaraan alat pelekat yang berbentuk seperti cakram. Thallus terdiri dari 3 lapis. Lapisan tengah tersusun dari sel-sel besar, terbentuk segi empat dan berdinding tebal tanpa khromatofora. Kedua berdinding tipis dan mengandung banyak kromotofora. Pada lapisan ini terdapat banyak rambut-rambut steril dan tidak berwarna serta dapat mengeluarkan lendir pada permukaannya.
Perkembangbiakan dilakukan secara aseksual, dan seksual. Perkembangbiakan aseksual dilakukan oleh aplanospora yaitu yang tidak bergerak. Dalam satu sporangium hanya dibentuk 4 aplanospora saja. Perkembangbiakan seksual dilakukan secara oogami. Gametofit bersifat heterothallik. Alat kelamin terdapat dalam suatu sorus. Terdapat di kedua permukaan talusnya.
Bangsa Cutleriales
2.      Suku Cutleriaceae
Suku ini hanya mempunyai 2 marga saja, yaitu zanardinia dan cutleria, zanardinia mempunyai pergantian keturunan yang gametofit dan sporofitnya identik satu sama lain, sedang gametofit cutleria tidak identik dengan sporofitnya, hingga pergantian keturunan dari cutleria bersifat iso morfik. Tetapi kedua marga tersebut mempunyai kesamaan, yaitu pertumbuhan yang tirkhothallik, sporangia yang uniloker dan sel-sel kelamin dan betina ukurannya tidak sama.


Marga Cutleria
Cutleria mempunyai gamtofit yang berbentuk pita yang bercabang, menggarpu yang tidak begitu teratur atau berbentuk seperti kipas. Pertumbuhan terjadi pada tepi talus bagian atas yang mempunyai rambut yang uniseriate. Gametofit bersifat heterothallik. Gametofit jantan mengandung anteridia yang menghasilkan gamet jantan berbentuk buah pir, berflagellata 2 buah di bagian leteral. Gametofit betina mengandung gametangia betina yang mengeluarkan gamet betina yang bentuknya mirip dengan yang jantan. Tetapi ukurannya lebih besar dan gerakannya lebih lambat.
Bangsa Laminariales
Jenis-jenis yang termasuk dalam bangsa ini mempunyai sporofit yang dapat dibagi menjadi alat pelekat, tangkai dan helaian atau lembaran. Pertumbuhan terjadi pada bagian yang meristematik yang letaknya interkalar dan biasanya terletak diantara tangkai dan lembaran. Sporofit mempunyai sporangia yang unilokuter dan terkumpul dalam suatu sorus pada permukaan lembaran. Gametofit dari laminariales berupa filamen yang mikroskopik. Perkembangbiakan seksual bersifat oogamik.
Bangsa ini mempunyai 30 marga dengan kurang lebih 100 jenis yang kesemuanya merupakan penghuni lautan beriklim dingin. Dari marga ke marga gametrofitnya dapat dikatakan identik satu sama lain, tetapi sporofitnya mempunyai bentuk yang beranekaragam. Contoh:
  • Macrocystis pyrifera, hidup di daerah kutub selatan. Talusnya dapat mencapai panjang 60 m dengan berat sampai 100 kg. alat pelekatnya seakan-akan mempunyai kuku untuk berpegangan erat-erat. Sumbu talus bebas, mempunyai cabang-cabang talus berbentuk lembaran yang bergantungan, kadang-kadang sampai 3 m panjangnya hingga dengan itu talus dapat terapung pada permukaan laut.
  • Lessonia,sp mempunyai talus yang bentuknya seperti pohon palma.
  • Laminaria cloustoni, banyak terdapat di laut utara, panjangnya sampai 5 m. pangkal talus setebal lengan dan umurnya tahunan, bagian atas menyerupai daun atau mempunyai lembaran-lembaran menjari yang setiap tahun diperbaharui. Menjelang berakhirnya musim dingin terjadi pertumbuhan di bagian tengah dari pangkal lembaran-lembaran tadi dan terbentuklah lembaran-lembaran baru.
Warga Laminaria
Alat pelekat sporofit umumnya berupa cabang-cabang yang dikhotom disebut haptera. Tangkai tidak bercabang silindris atau agak memipih, diujung tangkai ini terdapat helaian yang utuh atau terbagi kearah vertikal menjadi beberapa segmen. Tangkai terdiri dari medula dan korteks yang dikelilingi oleh selapis sel yang menyerupai sel epidermis. Sporofit mempunyai sporongia yang unilokuler dan terdapat pada perunukan helaian. Sporangia berbentuk ganda.
Pada laminaria saccharina, penentuan jenis kelamin gametofit terjadi pada saat pembelahan reduksi, setengah dari zoospora akan tumbuh menjadi gametofit betina sedang lainnya akan membentuk gametofit jantan. Gametongia akan dibentuk setelah gametofit mencapai 2-3 sel. Terjadi pembuahan tergantung langsung pada suhu.
Bangsa Fucales
Ganggang ini merupakan penyusun utama vegetasi lautan di daerah dingin. Pembiakan generatif dengan oogami, pembiakan vegetatif tidak ada.Thallus dari ganggang ini bersifat diploid, pembelahan reduksi (meiosis) terjadi pada saat gametogenesis alat kelamin terdapat di dalam konseptakel. Dalam daur hidupnya, ganggang ini tidak menunjukkan adanya pergiliran keturunan.
3.      Suku Fucaceae
Ganggang ini banyak ditemukan hidup di air laut maupun air tawar. Focus yang sudah berumur beberapa tahun mempunyai talus berbentuk pita yang di tengah-tengahnya diperkuat oleh rusuk tengah. Bentuknya kaku dank eras seperti kulit.
Marga Fucus
Fucus hidup di daerah beriklim dingin di belahan bumi utara. Fucus berwarna coklat tua. Berbentuk pita yang bercabangdi khotom dengan suatu rusuk tengah, melekat pada karang dengan suatu alat pelekat. Beberapa jenis dari fucus ini mempunyai gelembung udara di dalam tubuhnya untuk menyimpan udara hingga membantu keterapungannya letak dari gelembung udara biasanya berpasangan kanan dan kiri. Ujung cabang-cabang menggelembung dan mengandungkoseptakel, tempat konseptakel berkumpul tersebut dinamakan reseptakel, secara anatomi, talus tersusun atas meristaderm, korteks dan medula.
 Di dalamnya terdapat oogonium, anteredium, dan benang-benang mandul (parafisis). Anteredium berupa sel-sel berbentuk jorong, duduk rapat satu sama lain pada benang-benang pendek yang bercabang-cabang. Tiap anteredium menghasilkan 64 spermatozoid. Suatu spermatozoid terutama terdiri dari bahan inti, suatu bintik mata dan 2 bulu cambuk pada sisinya. Bulu cambuk yang pendek menghadap ke muka dan mempunyai rambut-rambut mengkilat. Oogonium berupa suatu badan yang duduk diatas tangkai, terdiri dari 1 sel saja dan mengandung 8 sel telur. Zigot lalu membentuk dinding selulose dan pectin, melekat pada suatu substrat dan tumbuh menjadi individu yang diploid.
Familia Sargassaceae
Sargassum terdapat di laut daerah tropik atau subtropik di belahan bumi bagian selatan. Akan tetapi fragmen yang terputus terbawa arus melintas laut atlantik ke daerah yang beriklim dingin di benua Eropa. Jenis-jenis yang banyak sekali tumbuh di sepanjang pantai Australia, India, Srilangka, Jepang, China dan Indonesia. Di Jepang Sargassum enerya banyak dijadikan hiasan dan bahan makanan.
Talus dari sargassum mempunyai morfologi yang kompleks, sepintas lalu memberi kesan seakan-akan tubuhnya mempunyai akar, batang, dan daun pada bagian tangkainya terdapat banyak cabang-cabang lateral yang menyerupai daun sering disebut filoid. Di dekat filoid ini terdapat gelembung udara dan juga reseptakel yang mengandung konseptakel. Daur hidup bersifat diplontik.
Ø  Susunan sel
Pada phaeophyta umumnya dapat ditemukan adanya dinding sel yang tersusun dari tiga macam polimer yaitu selulosa, asam alginat, fukan dan fukoidin. Algin dari fukoidin lebih kompleks dari selulose dan fukoidin lebih kompleks dari selulose dan gabungan dan keduanya membentuk fukokoloid. Dinding selnya juga tersusun atas lapisan luar dan lapisan dalam, lapisan luar yaitu selulosa dan lapisan dalam yaitu gumi. Tapi kadang-kadang dinding selnya juga mengalami pengapuran. Inti selnya berinti tunggal yang mana pana pada pangkal berinti banyak.
Dinding sel menyebabkan sel tidak dapat bergerak dan berkembang bebas, layaknya sel hewan. Namun demikian, hal ini berakibat positif karena dinding-dinding sel dapat memberikan dukungan, perlindungan dan penyaring (filter) bagi struktur dan fungsi sel sendiri. Dinding sel mencegah kelebihan air yang masuk ke dalam sel.Dinding sel terbuat dari berbagai macam komponen, tergantung golongan organisme. Pada tumbuhan, dinding-dinding sel sebagian besar terbentuk oleh polimer karbohidrat (pektin, selulosa, hemiselulosa, dan lignin sebagai penyusun penting). Pada bakteri, peptidoglikan (suatu glikoprotein) menyusun dinding sel. Fungi memiliki dinding sel yang terbentuk dari kitin. Sementara itu, dinding sel alga terbentuk dari glikoprotein, pektin, dan sakarida sederhana (gula).
Ø  Cadangan Makanan
Cadangan makanan pada Phaeophyta berupa laminarin, yaitu sejenis karbohidrat yang menyerupai dekstrin yang lebih dekat dengan selulose dari pada zat tepung.selain laminarin juga ditemukan manitol minyak dan zat-zat lainnya.
Ø  Alat Gerak
Alat gerak pada Phacophyta benepa jlagel yang terletak pada sel-sel perkembangbiakan dan letaknya lateral. Berjumlah dua yang heterokon dan terdapat di bagian samping badannya yang berbentuk pir atau sekoci. Pada waktu bergerak ada yang panjang mempunyai rambut-rambut mengkilat menghadap kemuka dan yang pendek menghadap ke belakang. Dekat dengan keluarga flogel terhadap bintik mata yang berwarna kemerah-merahan.
Ø  Perkembangbiakan
Perkembangbiakan pada Phaeophyta dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
  • Perkembangbiakan secara vegetatif dengan fragmentasi
  • Perkembangbiakan secara sporik dengan membentuk spora
Dilihat dari sporangiumnya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a) Pembentukan Unilokuler, dimiliki oleh anggota Phaeophyta yang uniseluler
Terjadi dari sel terminal dengan cabang pendek yang membesar. Sporangia muda berbentuk bulat panjang atau bulat telur. Ukurannya lebih kecil dari sel semula. Inti tunggal mengalami pembelahan meioses kemudian diikuti pembelahan mitosis sehingga dihasilkan 32-64 inti. Selanjutnya terjadilah celah-celah yang membagi proteplas yang berinti satu. Masing-masing protoplas mengalami metamorfose membentuk zoospora perflagel dua yang terletak di bagian lateral dengan panjang flagel yang tidak sama. Flagel yang pendek diarahkan ke belakang, flagel yang panjang diarahkan kedepan.
b) Pembentukan plurilokuler dimiliki oleh anggota phaeophyta yang multiseluler
Berasal dari sel terminal yang pendek. Ukurannya relatif besar dan terjadi pembelahan tranversal secara berulang-ulang yang akhirnya dihasilkan 6-12 sel.pembelahan vertikal dimulai dari deretan sel bagian tengah dan kemudian terbentuklah kubus yang letaknya teratur sebanyak 20-40 deretan. Protoplas pada masing-masing sel mengalami sultamorfosa menjadi zoospora yang memiliki 2 stagel. Diikuti dengan talus yang bersifat diploid dan terbentuklah sporangia yang bersifat unilokuler dan atau plorilokuler.
  • Perkembangbiakan secara gametik, gametangium dimiliki oleh sporangium yang plurilokuler. Gamet akan membentuk zoogamet dengan cara:
    1. Isogami yaitu gamet yang bentuk dan ukurannya sama (belum dapat dibedakan mana jantan dan mana betina). Contoh: ulva
    2. Anisogami: gamet yang bentuk dan ukurannya tidak sama (gamet betina memiliki ukuran besar dan gamet jantan memiliki ukuran kecil). Contoh: codium
    3. Oogami: jenis anisogami dengan gamet jantan yang aktif. Contoh: volvox
Ø  Contoh-Contoh Phaephyta
  • Sargassum binderi (Sonder)
Nama latin : Sargassum binderi
Spesifikasi : Batang gepeng (1,5 mm), halus licin, tinggi mencapai sekitar 60 cm, percabangan “alternate” teratur, oppsite (kiri-kana). Cabang utama yang pendek (1-2 cm) diatas holdfast. Daun lonjong, pinggir bergerigi, panjang 5 cm, lebar 1 cm ujung runcing.
Sebaran : Tubuh pada substrat batu umumnya di daerah rataan terumbu dekat bagian ujung luar yang terkena gerakan air relatif lebih kuat dan konstan.
Potensi : Belum banyak dimanfaatkan, kandungan kimia sama dengan jenis sargassum lainnya.
  • Sargassum Polycystum
Nama latin : Sargassum Polycystum C.A Argadh
Spesifikasi : Ciri-ciri umum. Thallia silidris berduri-duri kecil merapat hodfast membentuk cakram kecil dengan diatasnya secara karaktersitik terdapat perakaran/stolon yang rimbun berekspansi ke segala arah. Batang pendek dengan percabangan utama tumbuh rimbun.
Sebaran : Algae yang kosmopolitan di daerah tropis hingga subtropis. Bukan merupakan algae endemic perairan Indonesia tetapi banyak ditemukan di perairan nusantara terutama di Kalimatan.
Potensi : Bisa dimanfaatkan sebagai bahan esktraksi alginat. Manfaat lainnya belum diketahui. Tidak dibudidayakan.
  • Turbin Conoides (J. Agardh)
Nama Latin : Turbinaria Conoides (J. Argadh) Kuetzing
Nama Daerah : Rumput Coklat Corong
bSpesifikasi : Batang silindris, tegak, kasar, terdapat bekas-bekas percabangan, Holdfast berupa cakram kecil dengan terdapat perakaran yang berkspansi radial. Percabangan berputar sekeliling batang utama. Daun merupakan kesatuan yang terdiri dari tangkai dan lembaran.
Sebaran : Umumnya terdapat di daerah rataan terumbu, menempel pada batu. Tersebar luas di perairan Indonesia.
Potensi : Algae ini mengandung alginat dan iodin. Potensi eksport ke Jepan

BAB III
PEMANFAATAN  ALGAE

A.    KAJIAN TESIS ALGA ( Penelitian keanekaragaman jenis Alga dilakukan di perairan pantai Warambadi )
Tesis ini merupakan gabungan dua makalah hasil penelitian mengenai keanekaragaman jenis rumput laut dan pemanfaatannya oleh masyarakat secara tradisional. Rumput laut atau dikenal dengan nama lain seaweed adalah alga makro yang tumbuh di laut dan digolongkan ke dalam tiga kelas yaitu; Chlorophyceae (alga hijau), Rhodophyceae (alga merah) dan Phaeophyceae (alga coklat).
 Penelitian keanekaragaman jenis dilakukan di perairan pantai Warambadi dan penelitian pemanfaatan rumput laut dilakukan khusunya di lingkungan masyarakat Suku Sumba dan Sabu di Kampung Warambadi dan sekitarnya, Kabupaten Sumba Timur, mulai bulan April 1997 sampai dengan bulan Maret 1998. Makalah pertama berjudul Keanekaragaman Rumput Laut di Pantai Warambadi : Fenomena Substrat dan Musim. Penelitian ini didasarkan pada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rumput taut, yang antara lain adalah substrat, salinitas, temperatur, arus dan gelombang serta intensitas cahaya. Sedangkan salinitas, temperatur dan arus dipengaruhi oleh musim yang terjadi. Bahkan untuk beberapa kasus tertentu, kondisi substrat dipengaruhi pula oleh perubahan musim. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat keanekaragaman rumput laut di lokasi penelitian melalui pengukuran indeks keragaman jenis, dengan memperhatikan substrat pasir dan batu karang serta musim kemarau dan musim hujan.
Dari pengamatan diperoleh catatan bahwa pada kedua musim dan di kedua substrat, rumput taut yang tumbuh di lokasi penelitian berjumlah 79 jenis Bari 23 genus, yang teridiri dari : 37 jenis alga hijau dari 9 genus, 22 jenis alga merah dad 8 genus dan 20 jenis alga coklat dari 6 genus. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman jenis pada substrat pasir dan batu karang pada musim hujan maupun kemarau tidak berbeda. Demikian pula sebaliknya bahwa indeks keanekaragaman jenis pada musim hujan dan kemarau pada substrat pasir maupun batu karang tidak berbeda. Hasil analisis menunjukkan pula bahwa nilai indeks keanekaragaman jenis dan jumlah jenis alga tidak dipengaruhi oleh perbedaan tipe substrat dan musim, tetapi sangat dipengaruhi oleh interaksi antara substrat dan musim.
 Adapun hasil analisis terhadap masing-masing kelas menunjukkan, bahwa indeks keanekaragaman jenis alga hijau dipengaruhi oleh tipe substrat dan musim, tetapi tidak oleh interaksi keduanya. Untuk alga merah, indeks keanekaragaman jenis dipengaruhi oleh musim dan interaksi antara substrat dengan musim, akan tetapi tidak dipengaruhi oleh tipe substrat. Sedangkan indeks keanekaragaman jenis alga coklat dipengaruhi oleh tipe substrat dan musim, tetapi tidak oleh interaksi keduanya. Hasil analisis menunjukkan pula, bahwa jumlah jenis alga hijau, alga merah dan alga coklat dipengaruhi oleh tipe substrat dan musim serta oleh interaksi keduanya. Makalah kedua berjudul Studi Etnobotani : Pemanfaatan Rumput Laut di daerah Warambadi - Panguhalodo, Sumba Timur. Makalah ini sebagai hasiI dari penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan masyarakat setempat, khususnya Suku Sumba dan Sabu mengenai pemanfaatan rumput laut.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 55 jenis yang telah dimanfaatkan secara turun temurun sebagai makanan dan/atau obat tradisonal, dan 32 jenis di antaranya adalah jenis yang baru diinformasikan sebagai makanan dan obat. 54 jenis dari 19 genus telah terbiasa dimanfaatkan sebagai makanan, khususnya oleh masyarakat keturunan Suku Sumba dan Sabu. Jenis alga tersebut terdiri dari 17 jenis alga hijau, 17 jenis alga merah dan 20 jenis alga coklat. Diketahui pula bahwa 38 jenis dari 18 genus temyata sudah biasa pula dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masayarakat, dan terdiri dari 7 jenis alga hijau, 13 jenis alga merah, 18 jenis alga coklat.
Rumput laut dikonsumsi secara tradisional dalam berbagai bentuk antara lain; mentah sebagai lalap dan sayur, dibuat acar dengan bumbu rempah dan cuka, dibuat sayur dengan air santan, ditumis dengan minyak kelapa, dimasak dengan air kelapa dan gula dibuat puding atau penganan. Sebagai obat tradisional rumput laut digunakan untuk: kosmetika tradisional (dalam bentuk puderlbedak atau lotion), penurun panas, antiseptik, obat cacingan, obat batuk dan asma, mimisan dan bisul, bawasir, GAKI, gangguan lambung dan pencernaan serta gangguan saluran air kemih. Pengetahuan pemanfaatan rumput laut sebagai makanan dan obat tradisional, sampai saat ini ternyata masih dimiliki oleh masyarakat di daerah Warambadi, Desa Mburukulu Kecamatan Panguhalodo, Kabupaten Sumba Timur, khususnya Suku Sumba dan Sabu. Dengan tidak diketahui asal mulanya, pengetahuan ini telah dimanfaatkan secara turun temurun sejak ratusan tahun lalu dan dari basil wawancara ternyata diketahui pula, bahwa pengetahuan ini berkurang secara gradual sejalan dengan perubahan sosial, ekonomi dan budaya serta kondisi lokasi.

B.     Alga Laut sebagai Biotarget Industri

Indonesia telah dikenal luas sebagai negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 Km. Didalam lautan terdapat bermacam-macam mahluk hidup baik berupa tumbuhan air maupun hewan air. Salah satu mahluk hidup yang tumbuh dan berkembang di laut adalah alga.
Ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Didalam alga terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral dan juga senyawa bioaktif. Sejauh ini, pemanfaatan alga sebagai komoditi perdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal komponen kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat bagi bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain.
Berbagai jenis alga seperti Griffithsia, Ulva, Enteromorpna, Gracilaria, Euchema, dan Kappaphycus telah dikenal luas sebagai sumber makanan seperti salad rumput laut atau sumber potensial karagenan yang dibutuhkan oleh industri gel. Begitupun dengan Sargassum, Chlorela/Nannochloropsis yang telah dimanfaatkan sebagai adsorben logam berat, Osmundaria, Hypnea, dan Gelidium sebagai sumber senyawa bioaktif, Laminariales atau Kelp dan Sargassum Muticum yang mengandung senyawa alginat yang berguna dalam industri farmasi. Pemanfaatan berbagai jenis alga yang lain adalah sebagai penghasil bioetanol dan biodiesel ataupun sebagai pupuk organik.
Alga Laut sebagai Sumber Makanan        
Kandungan bahan-bahan organik yang terdapat dalam alga merupakan sumber mineral dan vitamin untuk agar-agar, salad rumput laut maupun agarose. Agarose merupakan jenis agar yang digunakan dalam percobaan dan penelitian dibidang bioteknologi dan mikrobiologi.Potensi alga sebagai sumber makanan (terutama rumput laut), di Indonesia telah dimanfaatkan secara komersial dan secara intensif telah dibudidayakan terutama dengan tehnik polikultur (kombinasi ikan dan rumput laut).
Alga Laut sebagai Adsorben Logam Berat           
Pemanfaatan sistem adsorpsi untuk pengambilan logam-logam berat dari perairan telah banyak dilakukan. Beberapa spesies alga telah ditemukan mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk mengadsorpsi ion-ion logam, baik dalam keadaan hidup maupun dalam bentuk sel mati (biomassa). Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa gugus fungsi yang terdapat dalam alga mampu melakukan pengikatan dengan ion logam. Gugus fungsi tersebut terutama adalah gugus karboksil, hidroksil, sulfudril, amino, iomodazol, sulfat, dan sulfonat yang terdapat didalam dinding sel dalam sitoplasma.
Menurut Harris dan Ramelow (1990), kemampuan alga dalam menyerap ion-ion logam sangat dibatasi oleh beberapa kelemahan seperti ukurannya yang sangat kecil, berat jenisnya yang rendah dan mudah rusak karena degradasi oleh mikroorganisme lain. Untuk mengatasi kelemahan tersebut berbagai upaya dilakukan, diantaranya dengan mengimmobilisasi biomassanya. Immobilisasi biomassa dapat dilakukan dengan mengunakan (1) Matrik polimer seperti polietilena glikol, akrilat, (2) oksida (oxides) seperti alumina, silika, (3) campuran oksida (mixed oxides) seperti kristal aluminasilikat, asam polihetero, dan (4) Karbon.
Berbagai mekanisme yang berbeda telah dipostulasikan untuk ikatan antara logam dengan alga/biomassa seperti pertukaran ion, pembentukan kompleks koordinasi, penyerapan secara fisik, dan pengendapan mikro. Tetapi hasil penelitian akhir-akhir ini menunjukan bahwa mekanisme pertukaran ion adalah yang lebih dominan. Hal ini dimungkinkan karena adanya gugus aktif dari alga/biomassa seperti karboksil, sulfat, sulfonat dan amina yang akan berikatan dengan ion logam.
Alga Laut sebagai Sumber Senyawa Bioaktif       
Alga hijau, alga merah ataupun alga coklat merupakan sumber potensial senyawa bioaktif yang sangat bermanfaat bagi pengembangan (1) industri farmasi seperti sebagai anti bakteri, anti tumor, anti kanker atau sebagai reversal agent dan (2) industri agrokimia terutama untuk antifeedant, fungisida dan herbisida.        Kemampuan alga untuk memproduksi metabolit sekunder terhalogenasi yang bersifat sebagai senyawa bioaktif dimungkinkan terjadi, karena kondisi lingkungan hidup alga yang ekstrem seperti salinitas yang tinggi atau akan digunakan untuk mempertahankan diri dari ancaman predator. Dalam dekade terakhir ini, berbagai variasi struktur senyawa bioaktif yang sangat unik dari isolat alga merah telah berhasil diisolasi. Namun pemanfaatan sumber bahan bioaktif dari alga belum banyak dilakukan. Berdasarkan proses biosintesisnya, alga laut kaya akan senyawa turunan dari oksidasi asam lemak yang disebut oxylipin. Melalui senyawa ini berbagai jenis senyawa metabolit sekunder diproduksi.
Alga Laut sebagai Sumber Senyawa Alginat        
Alginat merupakan konstituen dari dinding sel pada alga yang banyak dijumpai pada alga coklat (Phaeophycota). Senyawa ini merupakan heteropolisakarida dari hasil pembentukan rantai monomer mannuronic acid dan gulunoric acid. Kandungan alginat dalam alga tergantung pada jenis alganya. Kandungan terbesar alginat (30-40 % berat kering) dapat diperoleh dari jenis Laminariales sedangkan Sargassum Muticum, hanya mengandung 16-18 % berat kering.
Pemanfaatan senyawa alginat didunia industri telah banyak dilakukan seperti natrium alginat dimanfaatkan oleh industri tektil untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas bahan industri, kalsium alginat digunakan dalam pembuatan obat-obatan. Senyawa alginat juga banyak digunakan dalam produk susu dan makanan yang dibekukan untuk mencegah pembentukan kristal es. Dalam industri farmasi, alginat digunakan sebagai bahan pembuatan pelapis kapsul dan tablet. Alginat juga digunakan dalam pembuatan bahan biomaterial untuk tehnik pengobatan seperti micro-encapsulation dan cell transplantation.
Alga Laut sebagai Penghasil Bioetanol dan Biodiesel       
Meskipun masih dalam tahap riset yang mendalam, potensi alga laut sebagai penghasil bioetanol dan biodiesel sangat menjanjikan dimasa mendatang. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang dan Kanada mentargetkan mulai tahun 2025 bahan bakar hayati (biofuel) bisa diproduksi dari budidaya cepat alga mikro yang tumbuh diperairan tawar/asin. Keuntungan lebih yang dapat diperoleh adalah tak butuh traktor seperti didarat, tanpa penyemaian benih, gas CO2 yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan panen yang terus-terusan (continuous) yang dikarenakan waktu tanam alga hanya 1 minggu.
Berikut adalah gambar skenario mekanisme pembuatan bioetanol dan biodiesel dari alga laut.

            Sumber : Tatang H. Soerawidjaja (2005)
Alga Laut sebagai Pupuk Organik 
Dikarenakan kandungan kimiawi yang terdapat dalam alga laut merupakan nutrien yang sangat penting bagi semua mahluk hidup termasuk tumbuh-tumbuhan, maka alga laut dapat dimanfaatkan sebagai sumber alternatif penganti pupuk-pupuk pertanian yang mengandung bahan kimia sintesis.
Alga dapat digunakan sebagai pupuk organik karena mengandung bahan-bahan mineral seperti potasium dan hormon seperti auxin dan sytokinin yang dapat meningkatkan daya tumbuh tanaman untuk tumbuh, berbunga dan berbuah. Pemanfaatan alga sebagai pupuk organik ditunjang pula oleh adanya sifat hydrocolloids pada alga laut yang dapat dimanfaatkan untuk penyerapan air (daya serap tinggi) dan menjadi substrat yang baik untuk mikroorganisme tanah.
*      Peranan Ganggang Coklat (Phaeophyta)
Adapun peranan ganggang coklat dalam kehidupan yaitu:
  • Ganggang coklat dapat dimanfaatkan dalam industri makanan
  • Phaeophyta sebagai sumber alginat banyak dimanfaatkan dalam dunia industri tekstil untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas bahan industri, kalsium alginat digunakan dalam pembuatan obat-obatan senyawa alginat juga banyak digunakan dalam produk susu dan makanan yang dibekukan untuk mencegah pembentukan kristal es. Dalam industri farmasi, alginat digunakan sebagai bahan pembuat bahan biomaterial untuk teknik pengobatan.
  • Dapat digunakan sebagai pupuk organik karena mengandung bahan-bahan mineral seprti potasium dan hormon seperti auxin dan sylokinin yang dapat meningkatkan daya tumbuh tanaman untuk tumbuh, berbunga dan berbuah.
  • Macrocytis Pyrifers menghasilkan iodine (unsur yang dapat digunakan untuk mencegah penyakit gondok).
  • Laminaria, Fucus, Ascophylum dapat menghasilkan asam alginat. Alginat biasanya digunakan sebagai pengental pada produk makanan (sirup, salad, keju, eskrim) serta pengentalan dalam industri (lem, tekstil, kertas, tablet antibiotik, pasta gigi) dan pengentalan produk kecantikan (lotion, krim wajah).
  • Macrocytis juga dibuat sebagai makanan suplemen untuk hewan ternak karena kaya komponen Na, P, N, Ca.

C.     Produksi Alga Transgenik dan Pemanfaatan Alga di Masa Mendatang

1.      Terdapat bermacam jenis alga didunia yang kemudian dikelompokkan dalam alga merah, alga coklat, alga hijau, diatom dan dinoflagellata. Pemanfaatan alga bagi kehidupan manusia saat ini telah berkembang pesat. Dimana alga dapat dimanfaatkan hamper dalam semua kebutuhan hidup manusia yaitu sebagai berikut :  
Alga dimanfaatkan sebagai makanan manusia sejak lama. Namun saat ini pemanfaatan sebagai makanan tidak hanya sebatas makro alga, tetapi juga mikroalga yang diantaranya adalah Chlorella dan Spirulina. Makroalga memberikan suplay vitamin, mineral dan asam lemak essensial yang memberikan manfaat bagi kesehatan manusia. Mikroalga dimanfaatkan sebagai suplemen yang mengandung protein tinggi namun mudah untuk dibudidayakan.
2.      Dalam pemanfaatan alga sebagai pakan hewan, memberikan nutrisi yang baik bagi hewan peliharaan seperti burung, ikan dalam aquarium, ternak. Jenis-jenis yang dimanfaatkan diantaranya Ulva spp, Glacilaria spp, caulerpa spp.
3.      Mikroalga sangat dibutuhkan sebagai pakan pada budidaya bivalve dimana pada stadia larva, kerang-kerangan membutuhkan mikroalga sebagai sumber energi. Dan pada stadia dewasa, kerang akan memanfaatkan makroalga sebagai sumber nutrisi pertumbuhannya. Sebagai contoh abalone yang pada stadia larva membutuhkan Nitzschia sp sebagai pakan dan pada stadia dewasa menggunakan Glacilaria sp sebagai makanan.
4.      Alga juga memberikan manfaat yang besar dalam bidah kimia dan farmasi. Yaitu sebagai edible coating obat-obatan yang memanfaatkan hydrololaid yang dihasilkan alga. Alga juga dapat menghasilkan karaginan yang dimanfaatkan sebagai pengemulsi, pengental dan penstabil berbagai produk makanan dan obat-obatan.
5.      Pigmen yang dihasilkan alga sesuai warna yang dimiliki, dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami.
6.      alga seperti Phymatolyton sp dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
7.      Alga dapat dimanfaatkan sebagai treatment limbah atau dalam bioremediasi dimana mampu memecah dan merubah limbah organic menjadi tidak berbahaya.
*      ASPEK UMUM       
Dalam kondisi normal, terdapat lebih dari satu spesies yang menghasilkan produk yang diinginkan. Untuk itu perlu ketelitian dalam seleksi organisme pada awal transformasi alga. Pada Alga yang memiliki siklus hidup pendek dalam cairan, kultur axenic dalam media sintesis dengan kondisi lingkungan terkontrol sangat dibutuhkan pada persiapan transformasi. Sebagian besar alga adalah memiliki sifat autotrof yaitu membutuhkan cahaya. Maka alga membutuhkan cahaya, air dan nutrient dasar untuk pertumbuhan. Alga lain yang heterotrof dapat dikultur dalam kondisi gelap dengan menggunakan gula sebagai media kultur. Genom dari alga yang diteliti dibutuhkan sebagai dasar untuk level baru pada efisiensi dan keunggulan aplikasi bioteknology dan teknologi gen alga dan produknya.           
            Alga memiliki bentuk dan ukuran yang sangat variatif. Sebagai contoh : Ostreococcus tauri (Chlorophyta), Cyanidioschyzon merolae (Rhodophyta), Thalassiosira pseudonana (Bacillariophyta), Chlamydomonas reinhardtii (Chlorophyta), Phaeodactylum tricornutum (Bacillariophyta), Asterionella formosa (Bacillariophyta), Triceratium favus (Bacillariophyta), Volvox carteri (Chlorophyta); Neomeris annulata (Chlorophyta), Ulva lactuca (Chlorophyta), Fucus vesiculosus (Phaeophyta), Laminaria saccharina (Phaeophyta), Macrocystis pyrifera (Phaeophyta)
*      GENOM PROJECT DAN PRODUKSI ALGA TRANSGENIK          

           Sumber informasi genom alga dapat diperoleh dari NCBI maupun dalam ESTs (expressed sequence tags). Sequence genom dari mitokondria dan cloroplas lebih banyak dimiliki oleh alga dibandingkan dengan EST dan genome sequence project. Sebelum eksperimen ini dimulai, peneliti diharuskan memikrikan tentang kekerabatan organismenya. Apakah ada hubungan kedekatan sebelu ditransformasikan. Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat berbagai jenis alga hasil transpormasi genetic yaitu :
Sebagian besar alga yang dihasilkan tersebut diatas diperoleh dari transformasi nuklir.
Efisiensi transformasi dan total hasil dari produksi transformasi tergantung kekuatan species. Sebagai contoh Cyanidioschyzon merolae ~200 transformants/µg plasmid-DNA dihasilkan ketika 3-4 x 108 cells disebar dalam plate agar. Pada Porphyridium sp. Juga dimungkinkan untuk system sebar sejumlah sel pada plate tunggal dan 2.5 x 10-4 transformants/µg DNA dapat diperbaiki. Pada Chlamydomonas reinhardtii transformasi yang efisien adalah antara 10-4 and 10-5, dan sekitar 8 x 106 cel dapat disebar pada plate. Maka akan terdapat lebih sedikit sel pada plate dibanding percobaan Cyanidioschyzon or Porphyridium , maka Chlamydomonas dapat ditransformasikan dari plate tunggal.
Penggunaan gen marker selektif pada kondisi normal dalam semua experiment menghasilkan generasi alga transgenic yang stabil, mulai dari prosentase yang sangat rendah pada treatment ke organisme berhasil ditransformasikan. Marker selektif biasanya gen resisten antibiotic yang merupakan marker dominant sebagai perlakuan baru pada beberapa transformasi strain target, tidak menjadikan masalah dari genotid respectif.           
Pada penambahan marker selektif dominant, terdapat beberapa marker selektif yang tidak stabil. Seperti auxotrophic mutants dengan mutasi endogenous gen memberikan gen untuk complementasi. Mereka memiliki kekuatan besar dalam complete endogenous gene yang biasa digunakan, maka banyak marker dominant disusun dalam respektif organisme dipastikan sebelum perlakuan.    
Seringkali gen marker selektif tidak dapat mengekspresikan dibawah promoter mereka sendiri, khususnya jika mereka dari sumber heterologous. Untuk itu, dalam mendapatkan kekuatan secara normal, induksibel dan jika memungkinkan, endogenous promoter sangat dibutuhkan. Beberapa penelitian menginginkan untuk mendapatkan organisme transgenic ketika mereka mempelajari temporal gen ekspresi yang menarik secara in situ atau in vivo. Untuk mendeteksi protein secara mudah, promoter dari genpartikular digunakan untuk mengarahkan ekspresi dari gen reporter yang mudah diidentifikasi dan diperlakukan. Laporan gen yangsringkali untuk enzim dimana merubah substrat pada produk berwarna atau menghasilkan emisi cahaya atau gen produk adalah fluorescent protein.,
Dasar dari hamper semua metode transformasi alga adalah pada kasus temporal permeabilitas dari membran sel, dimungkinkan molekul DNA untuk masuk kedalam sel. Pemasukan DNA pada nucleus dan integrasi ke dalam genom tanpa bentuan eksternal. Integrasi DNA umumnya terjadi dengan ilegitimasi rekombinasi, menghasilkan integrasi dari DNA yang diinriduksikan dan menghasilkan transformasi genetic yang stabil. Aktualnya, tidak sulit untuk permeabilitas membrane sel untuk memsaukan DNA, dimana, reproduksi sel harus mempertahankan hidupnya dari kerusakan dan DNA yang masuk dan menyimpulkan divisi sel. Terdapat pasangan dalam metode transformasi pada sitem alga yang memungkinkan memperbaiki transformasi. Metode yang paling umum adalah micro-particle bombardment, juga menyarankan untuk micro-projectile bombardment. Metode ini membuat penggunaan lapisan logam kuat DNA micro-projectiles dan transformasi dari hamper semua tipe sel.
*                  PERMASALAHAN YANG SERING TERJADI
            Selama produksi alga transgenic, peneliti seringkali mendapati masalah yaitu konstruksi gen tidak terekspresi seperti yang diinginkan. Meskipun semua elemen terpenuhi untuk transkrisi dan translasi telah masuk dan konstruksi terintegrasi dalam genom. Gen silencing ini terjadi akibat methylation dan menyebabkan efek perpindahan posisi dan epigenetic mechanisms. Ini seringkali terjadi pada control dari pembenguanan dan respon dari sel kepada virus, elemen transposable atau DNA asing lain atau penempatan DNA yang tidak alami. Seringkali, screening jumlah transformasi pada transforman dengan ekspresi tinggi mengatasi masalah ini.          Masalah lain muncul ketika konstruksi DNA dengan heterologous asli digunakan. Satu poin penting pada kontek ini adalah codon digunakan adalah tipikal dari hamper semua species. Ketika kodon umum dari DNA donor jarang didapati dalam organisme gen target, ikatan tRNA akan melemah dan akan menurunkan level translasi dan konsequensinya pada ekpresi rata-rata. Situasi ini akan lebih ekstrim ketika kodon tidak sesuai pada semua spesies target. Salah satu strategi untuk mengatasi masalah ini adalah melihat gen heterologous yang memiliki kodon digunakan mirip dengan gen target organisme.
Problem lain yang memungkinkan terjadi adalah alga secara umum dan alga transgenic yang digambarkan dapat menghasilkan produk dan kandungan lain, pada aplikasi komersial dari tipe liar masih tetap terbatas. Salah satu factor pembatasnya pada pertumbuhan adalah cahaya.         
Pada satu sisi mikroalga tumbuh cepat pada densitas tinggi dalam photo-bioreactors atau dalam tambak terbuka, disisi lain pembatasan densitas dalam budidaya menghasilkan beberapa centimeter pertumbuhan pertama sel pertumbuhan. Untuk mengatasi ini perlu dibuat special bioreactor yang menggunakan tanki dengan pemutar. Alternative lain dengan menggunakan heterotropik alga dan penambahan sumbstrat organic yang dibutuhkan. Strategi lainnya adalah mentransformasikan photoautotrophic algae menjadi heterotrophic algae dengan mengintroduksi gen untuk transportasi gula kedalam genom melalui genetic engineering
*      PEMANFAATAN ALGA DALAM OPTIMISTIK DI MASA MENDATANG         
             Dimasa mendatang, dengan adanya alga transgenic dapat dimanfaatkan dalam berbagai hal untuk menunjang kehidupan manusia. Diantaranya sebagai bioenergi yang mudah dibudidayakan sehingga mampu menggantikan ketergantungan terhadap energi dari fosil. Alga juga dapat dimanfaatkan untuk bioremediasi perairan dan tanah yang semakin hari semakin banyak tercemar, sehingga dapat mengembalikan kondisi optimum dari perairan dan tanah.
Pemanfaatan alga sebagai sumber nutrisi baik sebagai makanan atau suplemen memberikan peluang untuk molecular farming. Dimana dibudidayajan alga di tambak baik makroalga maupun mikroalga secara besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan manusia yang selalu meningkat. Mikroalga yang dikultur dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan antiinsektida yang dapat menggantikan insektisida non organic yang selama ini digunakan dan dapat mencemarkan lingkungan.

D.    WARTA BERITA ( Korea Banggakan Rumput Laut Indonesia di Meksiko )


Berbagai stan organisasi pemerhati iklim dan lingkungan hidup dari berbagai negara memenuhi aula tempat COP 16 di meksiko berlangsung. sayangnya, indonesia tidak berpartisipasi menjadi salah satu diantara mereka
Jumat, 10 Desember 2010 | 15:30 WITA. TRIBUN-TIMUR.COM -- Indonesia sebagai negara bahari sejatinya menyimpan sejuta potensi dunia yang berharga. Tak sekedar keadaan alam dan panoramanya yang menakjubkan tapi kehidupan aneka jenis biota laut Indonesia pun tak jarang mengundang decak kagum.Sebut saja Pantai Kuta dan Sanur di Bali, Lombok di Nusa Tenggara Timur, Bunaken di Manado, Karimun Jawa di Jawa Tengah, Pangandaran di Jawa Barat, hingga Takabonerate di Kepulauan Selayar. Kesemuanya menyajikan 'lukisan' alam yang memiliki ciri khas yang berbeda baik karakter maupun jenis biota yang tinggal di dalamnya. Di Lombok misalnya, selain terkenal dengan panorama alam yang menawan juga menyimpan potensi Rhodophyta atau Red Algae (alga merah, ganggangmerah) yang dalam bahasa lokal dikenal dengan istilah rumput laut. 
Peneliti dari Pusan National University Prof Ik Kyo Chung, saat ditemui Tribun Timur di Conference of Climat (COP) 16 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Cancun, Meksiko, Kamis (9/12) mengaku kagum dengan potensi rumput laut jenis Alga merah yang dimiliki Indonesia. Saat mengetahui dari Indonesia, Ia sangat antusias menjelaskan manfaat dari hasil olahan alga merah yang berhasil ia teliti. Ia mengaku sering berkunjung ke Indonesia selama 2010. Beberapa kalimat seperti, selamat datang, terima kasih, apa kabar, rumput laut, dan cantik sangat fasih ia ucapkan dalam bahasa Indonesia. "Saya pernah ke Lombok dan Kupang meneliti ini (alga merah). Indonesia bagus, cantik, saya sering ke Indonesia, ini lihat," kata Ik Kyo bangga sambil memperlihatkan beberapa fotonya saat berada di Indonesia dari dalam laptopnya. Seperti layaknya mahasiswa yang kuliah dengan dosennya, memerlukan dua kali pertemuan dalam dua hari berturut-turut untuk dapat menangkap istilah-istilah 'aneh' yang ia ajarkan.        
Dengan sabar, detil, dan sistematis serta ditemani 'tandem'nya, Prof            Jin Ae Lee, Ik-Kyo mulai meladeni setiap pertanyaan bodoh dari 'mahasiswanya' mulai dari jenis-jenisnya, perkembangbiakannya, hingga sisi ekonomisnya dan manfaat lainnya. Hasil penelitiannya membuktikan, alga merah tak hanya dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuat makanan (agar-agar) belaka tapi lebih dari itu. Alga merah dapat diolah menjadi kertas ramah lingkungan, obat-obatan medis, bahkan biomethanol. Tergantung cara pengolahan, jenis, dan tempat tumbuhnya alga tersebut.
Alga merah adalah salah satu filum dari alga berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen klorofil,  karoten, dan xantofil. Pada umumnya memiliki banyak sel (multiseluler) dan makroskopis. Panjangnya antara 10 cm sampai 1 meter dan berbentuk berkas ataulembaran.
Sebagian besar alga merah hidup di laut, banyak terdapat di laut tropika dan sebagian kecil lainnya hidup di air tawar yang dingin dengan aliran deras dan banyak oksigen namun ada pula yang hidup di air payau.   Alga merah yang banyak ditemukan di laut dalam adalah jenis Gelidiumndan Gracilaria, sedang jenis Euchema spinosum menyukai laut dangkal.Alga merah berkembangbiak secara vegetatif dan generatif.           
Alga merah dapat menyediakan makanan dalam jumlah banyak bagi ikan dan hewan lain yang hidup di laut. Jenis alga ini juga menjadi bahan makanan bagi manusia misalnya jenis Chondrus Crispus (lumut Irlandia) dan genus Porphyra. Chondrus crispus dan Gigortina mamilosa biasanya dimanfaatkan untuk penyamak kulit, bahan pembuat krem, dan obat pencuci rambut (shampo).
Alga merah lain jenis Gracilaria lichenoides, Euchema Spinosum, Gelidium dan Agardhiella dibudidayakan karena menghasilkan bahan serupa gelatin yang dikenal sebagai agar-agar. Gel ini digunakan oleh para peneliti sebagai medium mengembangbiakan bakteri dan fase padat pada elektroforesis gel, untuk pengental dalam banyak makanan, perekat tekstil, sebagai obat pencahar, atau sebagaimakanan penutup. Jenis Agardhiella memiliki nilai ekonomis sebagai bahan makanan (sebagai pelengkap minuman penyegar ataupun sebagai bahan baku agar-agar). Agardhiella sebagai bahan makanan memiliki kandungan serat         lunak yang baik bagi kesehatan usus. "Bahannya masih terbatas, SDM yang mengetahui ini pun masih sedikit. Makanya harga kertas hasil olahan Red Algea seperti ini sekarang lebih mahal daripada kertas konvensional, Indonesia berpotensi besar mengembangkan Red Algea," katanya sambil menunjukkan beberapa benda hasil olahannya dari jenis Alga merah.
Jika 'orang luar' menyadari potensi yang dimiliki Indonesia, kenapa
kita yang 'di dalam' seolah buta dengan potensi negara kita, aku cinta
Indonesia












BAB IV
 METODOLOGI PENELITIAN
A.    METODOLOGI
           
            Penelitian dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan dan mengamati berbagai alga di pantai. Penelitin dilakukan dengan membagi dalam 6 stasiun dan masing – masing stasiun terdiri dari 6 hingga 7  plot yang berjarak 10 meter.

B.     WAKTU DAN LOKASI
            Lokasi yang diambil untuk PPL ( Praktikum Penelitian Lapangan ) ini adalah Pantai Sindangkerta Cipatujah, Tasikmalaya dan dilakukan dimulai tanggal 5 – 7 Desember 2010. Waktu pengambilan sampel dilaksanakan ketika air laut sedang mengalami surut. Menurut informasi dari masyarakat setempat, air laut di pantai ini surut sekitar pukul 2 pagi dan pukul 14.00 siang. Dalam penelitian ini dilakukan sekitar pukul 14.00.
           
C.    PROSEDUR PENELITIAN
1.      Sebelum ke lokasi penelitian,siapkan perlengkapan yang dibutuhkan dalam pengambilan sampel dan pengoleksian sampel alga.
2.      Untuk memudahkan pengamatan dan peengambilan sampel dilakukan saat surut terendah. Waktu surut tidak tetap dan terbatas. Untuk itu cari informasike penduduk sekitar untuk mendapatkan informasi waktu surut. Saat surut lakukkan pengambilan sampel dan pencatatan data sebaik mungkin gunakan waktu sebaik-baiknya karena waktu surut sangat tetrbatas. Sebelum waktu surut kita harus telah berada di lokasi pengambilan sampel.
3.      Saat waktu surut tiba,lakukan pengambilan sampel sesuai dengan stasiun yang telah diteentukan.
4.      Rentangkan tali rapia yang telah diberi skala jarak/panjang dari garis pantai hingga tubir.
5.      Letakkan plot ukuran 1m x 1m mulai dari tubir hingga garis pantai,untuk tiap stasiun ada 6 plot.
6.      Untuk tiap plot lakukan pengambilan sampel/alga,ambil sampel-smpel semua alga yang mempunyai jenis/species berbeda,ikatkan etiket gantung (variasi warna etiket gantung jangan ada yang sama) kemudian masukkan ke dalam toples yang sudah diberi label. Pada tiap sampel alga yang diambil, catat data-data,informasi atau mengenai cirri-ciri sampel alga yang diambil yang tidak  bisa diambil bersama dengan specimen alga dalam table pengamatan lapangan.
7.      Hitung jumlah individu untuk tiap species alga yang ada di dalam plot.
8.      Untuk tiap jarak antara dua plot lakukan pengambilan biomassa daam bingkai 40 cm persegi. Pada luas 40 cm persegi tersebut ambil semua alganya masukkan dalam kantong plastic. Kantong plastic diberi label. Alga yang ada di kantong ini nanti dipilah berdasarkan speciesnya, kemudian masing-masing ditimbang.
9.      Sampel-sampel alga yang telah diambil diidentifikasi sampai ditemukan speciesnya. Jika ada yang tidak teridentifikasi ( tidak ditemukan speciesnya ) buat pertelean/deskripsi yang lengkap.
10.  Semua sampel alga yang diambil didokumentasikan sejelas dan sebaik mungkin.
           
D.    TEKNIK PENGUMPULAN DATA
            Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara terjun langsung kelapangan, dimana tiap kelompok mendapatkan jatah 1 stasiun. Saat distasiun tiap kelompok melakukan 6 kali pengambilan sempel dimana tiap jarak 20 m kita melakukan bio massa. Alat yang digunakan dintaranya adalah toples ( guna menyimpan specimen yang didapatkan ), etiket gantung yang terdiri dari pipet dan senar ( guna menggantungkan dan penanda specimen yang didapat ), table pengamatan ( guna mencatat specimen alga yang didapat ). Setelah melakukan pengamatan di tiap stasiun, dilanjutkan dengan pengidentifikasian specimen alga yang didapat, dan melakukan wawan cara tentang pemanfaatan specimen alga yang telah dimanfaatkan oleh warga sisekitar. Lalau setelah semua data 1 stasiun telah valid, lalu dilakukan pengumpulan data dari stasiun 1 sampai 6 guna mengetahui keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan, data ini berguna dalam memberikan suatu identifikasi secara keseluruhan dari hasil PPL ( baik specimennya hingga pemanmfaatannya ).  
           



BAB VI
A.  LAMPIRAN HASIL PRAKTIKUM
HASIL PRAKTIKUM STASIUN 1
Kelompok       : IV                                          Tempat            : Pantai Sindangkerta
Stasiun                        : 1                                            Tanggal           : 06 Desember 2010
Jarak                :10m dari tepi pantai               Waktu             : 14.00 – 16.00 WIB
No
Kode Etiket Gantung
Species
Nama Daerah
Banyak
Deskripsi Habitat
Remark
1.
Putih runcing 2 atas bawah
Turbinaria conoides
Saribuhu duri
10
Hidup di substrat batu karang

2.
Merah runcing 2 atas bawah
Rhodymenia palmate
-
1
Hidup di substrat batu karang

3.
Hijau runcing atas bawah
Gracilaria coronpifolia
-
2
Hidup di batu karag zona pasang surut

4
Biru runcing atas bawah
Padina SP
Lembaran
50
Hidup di substrat batu karang berpasir

5
Biru ketupat atas bawah
Hypnea cornuta
-
5
Pada batu karang zona pasang surut

6.
Kuning runcing
Chaeotamorpha Crassa
Rambut kusut
17
Membelit pada alga lain




Jarak    : 20m dari tepi pantai
No
Kode Etiket Gantung
Species
Nama Daerah
Banyak
Deskripsi Habitat
Remark
1.
Hijau runcing atas bawah
Hormophysa triquetra

1
Dikarang zona pasang surut

2.
Biru ketupat 2 atas bawah
Sargasum binderi
Sari buhu duri
12
Hidup disubstrat karang keras

3.
Hijau ketupat 2 atas bawah
Galaxaura subvefficilillarta

4
Menempel dikarang

4.
Biru polos
Sargasum polycystrum
Sari buhu
4
Menempel pada karang

5.
Hijau polos
Ulva sp
Jukut hijau
1
Menempel pada alga lain

6.
Hijau runcing 2
Udotea argentea
Lelembaran
6
Menempel dikarang

7.
Kuning runcing 2
Ulva reticulata
Jukut hijau
10
Menempel pada sargasum

8.
Putih runcing atas bawah
Padina sp
Lelembaran
13
Menempel dikarang

9.
Hijau polos
Sargasum polycystum
Sari buhu
2
Menempel di karang/ zona pasang surut







Jarak    : 30m dari tepi pantai
No
Kode Etiket Gantung
Species
Nama Daerah
Banyak
Deskripsi Habitat
Remark
1.
Kuning runcing 2 atas bawah
Ulva reticullata
Jukut hijau
82
Menempel pada alga lain

2.
Biru polos
Sargasum polycystrum
Sari buhu
52
Menempel dikarang yang keras

3.
Putih ketupat 2 atas bawah
Sargasum cristaefolium
Huhunia
32
Hidup di substrat karang zona pasang surut

4.
Merah runcing 2 atas bawah
Sargasum bluderi ( sonder )

6
Hidup disubstrat karang zona pasang surut

5.
Biru runcing
Sargasum echmocarpum

4
Hidup di substrat zona pasang surut

6.
Kuning ketupat
Gracilaria curonapifolia

35
Menempel dikarang

7.
Biru runcing 2
Hormophysa triquetra

18
Mnempel dikarang

8.
Merah polos
Ulva sp

3
Menempel pada alga lain





Jarak    : 40m dari tepi pantai
No
Kode Etiket Gantung
Species
Nama Daerah
Banyak
Deskripsi Habitat
Remark
1.
Hijau runcing 1
Chaetomorpha crassa
Agar – agaran
30
Membelit pada alga lain

2.
Hijau ketupat atas bawah
Gelium sp

12
Menempel diatas karang berpasir

3.
Merah ketupat 2 atas bawah
Geledium latifolium

8
Menempel diatas karang berpasir

4.
Merah runcing 2
Sargasum polycystrum
Sari buhu
25
Menempel pada substrat karang

5.
Hijau ketupat
Padina sp
Lelembaran
40
Menempel pada karang berpasir

6.
Putih ketupat
Ulva sp
Jukut hijau
1
Menempel pada sargasum










Jarak    : 50m dari tepi pantai
No
Kode Etiket Gantung
Species
Nama Daerah
Banyak
Deskripsi Habitat
Remark
1
Putih runcing 2 atas bawah
Bornetela nitida
Hahampelaan
27
Hidup di cekungan karang

2
Hijau runcing 2 atas bawah


4
Hidup di batu karang pada jarak 50m dari tepi pantai

3
Hijau runcing
Coralina sp

8
Menempel pada batu karang
Seperti kerak
4
Merah polos
Padina sp
Lelembaran
1
Hidup di atas karang

5
Hijau polos
Sargassum binderi
Sari buhu
30
Hidup pda subsrat terumbu karang

6
Biru ketupat
Gracilaria salicornia

6
Tumbuh pada terumbu berpasir

7
Kuning polos
Ulfa reticullata
Jukut hijau
20
Membelit pada alga lain





Jarak    : 60m dari tepi pantai
No
Kode Etiket Gantung
Species
Nama Daerah
Banyak
Deskripsi Habitat
Remark
1.
Kuning ketupat 2 atas bawah
Sargasum pollycystum
Sari buhu
20
Menempel pada batu karang
Tumbuh tegak,tinggi mencapai 15cm
2.
Kuning polos
Caulerpa cuppresoides
Uuceungan
12
Menempel pada batu karang

3.
Biru polos
Laurencia poitei

11
Menempel pada batu karang

4.
Putih polos
Chaetomorpha crassa
Rambut kusut
3
Membelit pada alga yang lain

5.
Merah runcing 1
Galaxaora subveficillata
Kriminil
15
Menempel pada batu karang

6.
Merah polos
Bornetela nitida
Hahampelaan/ hampeduan
8
Menempel pada batu karang

7.
Kuning runcing
Actinotrichia fragilis

18
Menempel pada batu karang






Tidak ada komentar: