Pages

Minggu, 31 Juli 2011

Materi Pendidikan Anak

Tanyakan pada anak-anak tentang cita-cita mereka di masa depan! Kemungkinan jawaban mereka beragam, ingin jadi dokter, insinyur, arsitek, pilot, pembalap, atau profesi lain yang akrab dengan kehidupan mereka. Namun beberapa saat kemudian mereka berubah pikiran, ingin menjadi yang lain.
Itulah anak-anak. Dengan bebasnya mereka menyampaikan keinginannya tanpa takut untuk didebat orang lain. Tanpa ragu dengan sesekali diselingi gelak tawa lepas, mereka menjelaskan dokter itu siapa dan bagaimana dia bekerja sesuai dengan pemahaman mereka yang sederhana.
Pemahaman mereka tentang sesuatu diperoleh dari orang-orang di sekitarnya atau dari televisi yang saat ini telah menjadi sahabat dekat. Jika tidak bermain di rumah, mereka lebih suka menghabiskan waktu di depan televisi.
Sebagian orang tua merasa tenang jika anaknya berada di rumah dan tidak melakukan sesuatu yang membahayakan. Tapi sebagian orang tua yang lainnya merasa khawatir karena anak-anaknya selalu sibuk dengan tontonannya tanpa memedulikan hal lain.
Lalu para orang tua memikirkan berbagai cara agar anak-anaknya dapat berkembang dengan normal dan dapat mengembangkan bakatnya dengan baik. Apapun akan mereka tempuh agar anak-anaknya mendapat pendidikan yang maksimal.

Para orang tua merasa kurang cukup jika anaknya hanya bersekolah formal saja. Mereka memilih beberapa sekolah tambahan untuk mengembangkan kemampuan atau menambah jam belajarnya. Bahkan tidak sedikit orang tua yang menyekolahkan anaknya dari usia 6 bulan.
Usaha mereka untuk mengenalkan anak-anak pada dunia pendidikan perlu diacungi jempol. Bukan saja tenaga, mereka pun tidak peduli kalau harus mengeluarkan biaya banyak untuk pendidikan anak-anaknya.
Tapi sebetulnya, apakah materi pendidikan anak itu hanya bisa diperoleh di luar rumah? Apakah materi pendidikan dari orang tua tidak dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan cita-cita anaknya?
Ada sebuah ungkapan bahwa seorang ibu itu adalah sekolah bagi anak-anaknya. Seorang ibu harus mulai mendidik dan mengajarkan sesuatu pada anak-anaknya saat mereka masih dalam kandungan, dan tentunya hal itu dilakukan juga oleh suaminya.
Apapun cita-cita mereka nanti, seorang ibu harus membekalinya dengan materi pendidikan yang sungguh mulia sebagai fondasi kuat yang mampu menopang mereka di masa depan. Karena pada dasarnya, para orang tua bercita-cita agar anak-anak mereka menjadi anak shalih dan shalihah. Walaupun di masa depan nanti anak-anak itu menjadi seorang dokter, maka dokternya adalah dokter yang shalih dan shalihah.
Jadi, orang tua tidak perlu bingung akan materi pendidikan Islami yang bisa mereka terapkan sejak dini pada anak-anak. Kita bisa mengutip materi pendidikan yang diberikan Luqman pada putranya setelah Luqman dianugerahi hikmah oleh Allah SWT. Semuanya tertuang dalam Alquran surat Luqman [31] ayat 12-19.
Hikmah yang bisa kita ajarkan pada anak-anak adalah untuk tidak menyekutukan Allah SWT. Orang tua memperkenalkan anak kepada Allah SWT melalui kekuasaan dan keagungan-Nya dalam menciptakan alam semesta dan seluruh isinya.
Cara itu dilakukan agar anak terbiasa untuk mensyukuri segala nikmat yang mereka terima melalui orang tuanya. Dan untuk itu, mereka juga diajari untuk selalu berterima kasih kepada orang tua, mematuhi mereka jika mengajak kepada kebaikan, dan tidak mengikutinya jika mengajak kepada perbuatan dosa, tetapi tetap bergaul dan berkomunikasi secara baik.
Menganjurkan anak untuk selalu berbuat baik dan menanamkan akhlak mulia adalah materi wajib yang harus diajarkan orang tua kepada anak-anaknya. Hal itu harus ditunjang sepenuhnya oleh orang tua sebagai teladan bagi anak-anaknya. Perhatian mereka pun harus penuh dalam memberikan pendidikan ruhani, jasmani, dan kognisi, agar perkembangan anak menjadi lebih baik dan seimbang.
Harapan kita di masa depan adalah munculnya generasi muda yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, berbakti kepada orang tua, dan memberikan manfaat sebanyak-banyaknya bagi orang lain. Itulah pekerjaan rumah yang membutuhkan proses panjang bagi para orang tua agar cita-cita mereka dan anak-anak tercapai.

Tidak ada komentar: